Mbah Zaeni Ilyas Rawalo : Kyai Produktif Nulis Kitab & Sesepuh Banyumas Tutup Usia

Pengasuh Ponpes Miftahul Huda, Pesawahan, Rawalo, Banyumas, KH Zaini Ilyas (Mbah Zaini). Foto mufid.web,id

CERITARELAWAN.ID, Banyumas - Suasana duka menyelimuti keluarga besar Pondok Pesantren Miftahul Huda Pesawahan, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas. Betapa tidak. KH Zaeni Ilyas (94 tahun), pengasuh pesantren setempat, pergi untuk selama-lamanya.

“Beliau meninggal dunia pada Selasa (24/11) sekira pukul 14.30 WIB,” kata Hj Siti Hajar, menantu almarhum.

Putra bungsu dari pasangan KH Ilyas dan Nyai Hj Sholihah lahir di Pesawahan pada 11 Januari 1926. Dari perkawinan dengan Nyai Hj Muttasi’ah Badawi, KH Zaeni dikaruniai lima orang anak: Laelatus Shofiyah, Habib Mahfudz, Hanan Masykur, Ulul Albab, dan Umniyah Labibah.

Budaya Menulis

Diakui atau tidak, budaya menulis di kalangan santri muda masih relatif rendah. Dan, cukup mencengangkan jika budaya menulis justru dimiliki seorang kiai sepuh. Beliau tidak lain adalah KH Zaeni Ilyas (1926-2020), pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda yang beralamat di Desa Pesawahan, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.

Di sela-sela kesibukan mengajar para santri, beliau masih sempat membuat sejumlah karya tulis. Dan, karya-karya itu beliau dedikasikan untuk para santri asuhannya.

“Abah biasanya menulis dalam huruf pegon,” ujar Gus Khanan Masykur (Gus Khanan), putera ketiga KH Zaini Ilyas.

Dari dokumentasi yang ada, sedikitnya 13 karya yang telah dibuat suami Hj Muttasi’ah binti KH Badawi itu. Selain menulis kumpulan khutbah, Kiai Zaini menyusun kumpulan syair (Cawang Iman dan Jurumiyah Jawa), Tuntunan Wirid, serta Tuntunan Khataman (bahasa Jawa).

Delapan karya yang lain adalah terjemah dari sejumlah kitab kuning, yakni Terjemah Murod Safinah, Terjemah Murod Ta’lim, Terjemah Murod Sulam Taufiq, Terjemah Murod Sanusiyah (ilmu tauhid), Terjemah Murod Dasuki, Terjemah Murod Fathul Qorib, Terjemah Murod ‘Izzi, dan Terjemah Murod Al-Jurumiyah.

Semasa muda KH Zaeni alias Juwaini nyantri di beberapa pesantren, antara lain Pesantren Jampes (Kediri), Lasem (Rembang), dan Kesugihan (Cilacap). Setelah beberapa lama nyantri di Kesugihan, Zaeni muda menikah dengan Muttasi’ah binti KH Badawi (Pengasuh Pesantren Kesugihan).

Pesantren Miftahul Huda dirintis oleh KH Ilyas, tak lain adalah ayah KH Zaeni. Sejak di tangan generasi kedua pesantren ini terus mengalami perkembangan. Selain kajian Qur’an dan kitab kuning, sekarang Miftahul Huda juga mengelola MTs, MA, dan SMK.

Sumber mufid.web.id
Editor nur
Copyright@CERITARELAWAN.ID2020