Hari AIDS Sedunia 1 Desember, Ini Sejarah HIV/AIDS, Berawal dari Kongo Hingga Berujung Pandemi
Sejak masa-masa awal itu, epidemi infeksi HIV kian melonjak dan
menjadi agenda kesehatan global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat,
sekitar 38 juta orang di dunia hidup dengan HIV-AIDS hingga tahun 2019.
Tes HIV menjadi kunci utama untuk menghentikan
jumlah infeksi baru. Tes sejak dini akan membantu orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
memiliki angka harapan hidup yang lebih lama.
Mengutip Very Well Health, Hari AIDS Sedunia sendiri pertama
kali dipahami sebagai sarana untuk memanfaatkan celah kosong isu-isu di media
di antara momen Pemilihan Presiden AS 1988 dan Natal.
Kala itu, James Bunn, seorang jurnalis yang
bertugas di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakin bahwa masyarakat akan
tertarik pada berita terkait isu HIV/AIDS. Sebelumnya, Bunn dengan giat
melakukan peliputan dalam rangka kampanye HIV/AIDS tanpa henti.
Bunn dan koleganya, Thomas Netter, pun
kemudian memutuskan bahwa 1 Desember merupakan tanggal yang ideal untuk
peringatan Hari AIDS Sedunia.
Awalnya, peringatan fokus pada tema anak dan
remaja. Fokus ini dipilih untuk meningkatkan kesadaran akan dampak HIV/AIDS
pada keluarga, tak cuma kelompok yang distigmatisasi media seperti pengguna
narkoba, kelompok homoseksual, dan pekerja seks komersial.
Sejak tahun 1996, peringatan ini diambil alih
oleh Program Bersama PBB tentang HIV/AIDS (UNAIDS). Kali ini, peringatan
diperluas menjadi kampanye pencegahan dan pendidikan sepanjang tahun.
Selama bertahun-tahun, peringatan ini telah
mengangkat tema yang mencerminkan tujuan kebijakan otoritas kesehatan
masyarakat dalam mengatasi HIV/AIDS.
Sejak akhir 1990-an, saat terapi antiretroviral (ARV) diketahui dapat memperpanjang angka harapan hidup ODHA, fokus kemudian bergeser dari keluarga dan komunitas menjadi hambatan utama dalam pencegahan HIV/AIDS secara global, termasuk persoalan stigma, diskriminasi, dan pelemahan kelompok perempuan serta anak.
Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan dalam
terapi serta terobosan dalam intervensi pencegahan telah mendorong pembuat
kebijakan untuk mempromosikan potensi akhir epidemi dengan kampanye 'Getting
to Zero' dari 2011 hingga 2015.
Upaya itu semakin diperkuat pada tahun 2016
dengan peluncuran strategi '90-90-90 UNAIDS' dan kampanye 'Access Equity
Rights Now', yang keduanya bertujuan untuk mengakhiri epidemi HIV pada awal
2030.
Hingga tahun 2019, WHO mencatat ada sekitar 38
juta orang dengan HIV-AIDS, dengan sekitar 690 ribu dilaporkan meninggal dunia.
WHO juga mencatat sebanyak 1,7 juta kasus baru HIV pada 2019.
Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) mencatat sebanyak 349.882 orang hidup dengan HIV-AIDS pada 2019
lalu. Pada tahun ini, Kemenkes mencatat kasus HIV baru sebanyak 21.220 dengan
70 persen di antaranya terjadi pada kelompok usia produktif (25-49 tahun).
HIV sendiri merupakan virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh, yang dapat menurunkan kemampuan tubuh melawan infeksi
dan penyakit. Pada tahap akhir, infeksi HIV bisa berkembang menjadi acquired
immune deficiency syndrome (AIDS) yang bisa menyebabkan kematian.
Post a Comment for "Hari AIDS Sedunia 1 Desember, Ini Sejarah HIV/AIDS, Berawal dari Kongo Hingga Berujung Pandemi"
Post a Comment
ceritarelawan.id tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE